APNEWS - Gradasi warna air laut di bawah Jembatan Suramadu tiba-tiba viral di media sosial. Berikut fakta-fakta mengenai fenomena 'laut terbelah' itu.
Selasa (19/3) malam, akun instagram @ndorobeii mengunggah sebuah video singkat mengenai gradasi warna air laut di bawah Jembatan Suramadu, Jawa Timur. Dalam video tersebut, laut tampak seperti terbelah menjadi dua bagian. Yang satu berwarna hitam, sedangkan bagian lainnya cenderung terang.
Sekitar 15 jam berselang, video berdurasi 29 itu viral dengan disaksikan 76.174 pasang mata serta menarik 548 komentar. Menanggapi hal itu, detikcom kemudian mencoba mengonfirmasi fenomena tersebut ke pihak Stasiun Meteorologi Maritim Perak, Surabaya.
Prakirawan Stasiun Meteorologi Maritim Perak Surabaya Ady Hermanto mengatakan, fenomena 'laut terbelah' di bawah Suramadu itu bernama Halocline. "Ya memang benar gradasi warna itu fenomena yang biasa terjadi karena ketika ada aliran muara sungai di daerah sekitar itu. Memang gradasi warna itu terjadi karena perbedaan densitas (massa jenis air) air laut," kata Ady saat dihubungi detikcom, Rabu (20/3/2019).
Jadi, persis di sekitar Jembatan Suramadu terjadi pertemuan antara air laut Selat Madura dan air tawar yang berasal dari Kalimas. "Pelabuhan Ujung Muara Kalimas kan ada di situ. Air yang keluar di situ kemudian bertemu dengan air laut yang di Selat Madura. Jadi, massa jenis air laut tidak bisa bersatu. Itulah kenapa di situ sering terjadi Halocline," tambahnya.
Gradasi warna air laut di bawah Jembatan Suramadu tiba-tiba viral di media sosial. Berikut fakta-fakta mengenai fenomena 'laut terbelah' itu.
Selasa (19/3) malam, akun instagram @ndorobeii mengunggah sebuah video singkat mengenai gradasi warna air laut di bawah Jembatan Suramadu, Jawa Timur. Dalam video tersebut, laut tampak seperti terbelah menjadi dua bagian. Yang satu berwarna hitam, sedangkan bagian lainnya cenderung terang.
Sekitar 15 jam berselang, video berdurasi 29 itu viral dengan disaksikan 76.174 pasang mata serta menarik 548 komentar. Menanggapi hal itu, detikcom kemudian mencoba mengonfirmasi fenomena tersebut ke pihak Stasiun Meteorologi Maritim Perak, Surabaya.
Prakirawan Stasiun Meteorologi Maritim Perak Surabaya Ady Hermanto mengatakan, fenomena 'laut terbelah' di bawah Suramadu itu bernama Halocline. "Ya memang benar gradasi warna itu fenomena yang biasa terjadi karena ketika ada aliran muara sungai di daerah sekitar itu. Memang gradasi warna itu terjadi karena perbedaan densitas (massa jenis air) air laut," kata Ady saat dihubungi detikcom, Rabu (20/3/2019).
Jadi, persis di sekitar Jembatan Suramadu terjadi pertemuan antara air laut Selat Madura dan air tawar yang berasal dari Kalimas. "Pelabuhan Ujung Muara Kalimas kan ada di situ. Air yang keluar di situ kemudian bertemu dengan air laut yang di Selat Madura. Jadi, massa jenis air laut tidak bisa bersatu. Itulah kenapa di situ sering terjadi Halocline," tambahnya.
Menurut Ady, gradasi warna yang terjadi di Selat Madura merupakan hal biasa. Selain itu, ia juga menegaskan jika Halocline tidak berdampak dan bukan pertanda sesuatu yang harus dikhawatirkan.
"Sebenarnya hal ini terjadi tiap hari. Jadi kalau lewat Suramadu pasti akan melihat itu. Biasanya cukup lama. Gradasi warna juga tergantung dari kadar garam juga. Dan itu hal biasa," lanjutnya.
Kemudian Ady melanjutkan, Halocline hanya bisa dilihat dari ketinggian tertentu saja. Gradasi terlihat dari Jembatan Suramadu karena memiliki tinggi sekitar 35 meter dari laut.
"Kalau pas di lautnya (didatangi), pudar. Karena ada parallax namanya sudut pandang yang terlalu jauh jadi kalau melihat harus di ketinggian tertentu. Dan perahu-perahu nelayan memang tidak terlalu bisa melihat," kata Ady.
Badan Pengembangan Wilayah Surabaya-Madura (BPWS) turut angkat suara terkait viralnya video Halocline. BPWS mencatat, fenomena 'laut terbelah yang terjadi di bawah Suramadu itu ternyata membentang sepanjang 60 kilometer.
"Ini hal yang biasa sebenarnya. Sudah sering terjadi. Kemarin skalanya lebih memanjang, terpantau sampai Sampang. Sampang itu sekitar 60 kilometer dari sini arah ke Madura," kata Kasubdiv Humas BPWS Faisal Yasir Arifin kepada detikcom.
Gradasi warna air laut seperti terbelah tidak hanya terjadi di sekitar Jembatan Suramadu. Fenomena yang disebut Halocline juga terjadi di Perairan Pasuruan.
Menurut Kasubnit Lidik Polair Pasuruan Aipda Laswanto, fenomena laut tersebut biasanya terjadi mulai dari Perairan Kraton hingga Perairan Juanda. Jaraknya membentang mencapai 20 kilometer.
Selasa (19/3) malam, akun instagram @ndorobeii mengunggah sebuah video singkat mengenai gradasi warna air laut di bawah Jembatan Suramadu, Jawa Timur. Dalam video tersebut, laut tampak seperti terbelah menjadi dua bagian. Yang satu berwarna hitam, sedangkan bagian lainnya cenderung terang.
Sekitar 15 jam berselang, video berdurasi 29 itu viral dengan disaksikan 76.174 pasang mata serta menarik 548 komentar. Menanggapi hal itu, detikcom kemudian mencoba mengonfirmasi fenomena tersebut ke pihak Stasiun Meteorologi Maritim Perak, Surabaya.
Prakirawan Stasiun Meteorologi Maritim Perak Surabaya Ady Hermanto mengatakan, fenomena 'laut terbelah' di bawah Suramadu itu bernama Halocline. "Ya memang benar gradasi warna itu fenomena yang biasa terjadi karena ketika ada aliran muara sungai di daerah sekitar itu. Memang gradasi warna itu terjadi karena perbedaan densitas (massa jenis air) air laut," kata Ady saat dihubungi detikcom, Rabu (20/3/2019).
Jadi, persis di sekitar Jembatan Suramadu terjadi pertemuan antara air laut Selat Madura dan air tawar yang berasal dari Kalimas. "Pelabuhan Ujung Muara Kalimas kan ada di situ. Air yang keluar di situ kemudian bertemu dengan air laut yang di Selat Madura. Jadi, massa jenis air laut tidak bisa bersatu. Itulah kenapa di situ sering terjadi Halocline," tambahnya.
Gradasi warna air laut di bawah Jembatan Suramadu tiba-tiba viral di media sosial. Berikut fakta-fakta mengenai fenomena 'laut terbelah' itu.
Selasa (19/3) malam, akun instagram @ndorobeii mengunggah sebuah video singkat mengenai gradasi warna air laut di bawah Jembatan Suramadu, Jawa Timur. Dalam video tersebut, laut tampak seperti terbelah menjadi dua bagian. Yang satu berwarna hitam, sedangkan bagian lainnya cenderung terang.
Sekitar 15 jam berselang, video berdurasi 29 itu viral dengan disaksikan 76.174 pasang mata serta menarik 548 komentar. Menanggapi hal itu, detikcom kemudian mencoba mengonfirmasi fenomena tersebut ke pihak Stasiun Meteorologi Maritim Perak, Surabaya.
Prakirawan Stasiun Meteorologi Maritim Perak Surabaya Ady Hermanto mengatakan, fenomena 'laut terbelah' di bawah Suramadu itu bernama Halocline. "Ya memang benar gradasi warna itu fenomena yang biasa terjadi karena ketika ada aliran muara sungai di daerah sekitar itu. Memang gradasi warna itu terjadi karena perbedaan densitas (massa jenis air) air laut," kata Ady saat dihubungi detikcom, Rabu (20/3/2019).
Jadi, persis di sekitar Jembatan Suramadu terjadi pertemuan antara air laut Selat Madura dan air tawar yang berasal dari Kalimas. "Pelabuhan Ujung Muara Kalimas kan ada di situ. Air yang keluar di situ kemudian bertemu dengan air laut yang di Selat Madura. Jadi, massa jenis air laut tidak bisa bersatu. Itulah kenapa di situ sering terjadi Halocline," tambahnya.
Menurut Ady, gradasi warna yang terjadi di Selat Madura merupakan hal biasa. Selain itu, ia juga menegaskan jika Halocline tidak berdampak dan bukan pertanda sesuatu yang harus dikhawatirkan.
"Sebenarnya hal ini terjadi tiap hari. Jadi kalau lewat Suramadu pasti akan melihat itu. Biasanya cukup lama. Gradasi warna juga tergantung dari kadar garam juga. Dan itu hal biasa," lanjutnya.
Kemudian Ady melanjutkan, Halocline hanya bisa dilihat dari ketinggian tertentu saja. Gradasi terlihat dari Jembatan Suramadu karena memiliki tinggi sekitar 35 meter dari laut.
"Kalau pas di lautnya (didatangi), pudar. Karena ada parallax namanya sudut pandang yang terlalu jauh jadi kalau melihat harus di ketinggian tertentu. Dan perahu-perahu nelayan memang tidak terlalu bisa melihat," kata Ady.
Badan Pengembangan Wilayah Surabaya-Madura (BPWS) turut angkat suara terkait viralnya video Halocline. BPWS mencatat, fenomena 'laut terbelah yang terjadi di bawah Suramadu itu ternyata membentang sepanjang 60 kilometer.
"Ini hal yang biasa sebenarnya. Sudah sering terjadi. Kemarin skalanya lebih memanjang, terpantau sampai Sampang. Sampang itu sekitar 60 kilometer dari sini arah ke Madura," kata Kasubdiv Humas BPWS Faisal Yasir Arifin kepada detikcom.
Gradasi warna air laut seperti terbelah tidak hanya terjadi di sekitar Jembatan Suramadu. Fenomena yang disebut Halocline juga terjadi di Perairan Pasuruan.
Menurut Kasubnit Lidik Polair Pasuruan Aipda Laswanto, fenomena laut tersebut biasanya terjadi mulai dari Perairan Kraton hingga Perairan Juanda. Jaraknya membentang mencapai 20 kilometer.
No comments:
Post a Comment