APNEWS - Smartphone layar lipat berhasil menarik perhatian, terutama sejak Samsung dan Huawei mengumumkan produknya. Selain keduanya, ada sejumlah vendor lain yang sedang menyiapkan smartphone serupa, dan Google disebutkan termasuk di dalamnya.
Dilansir Phone Arena, Minggu (17/3/2019), Google dilaporkan memiliki paten yang berkaitan dengan layar lipat.
Pada laman World Intellectual Property Organization (WIPO), terdapat keterangan mengenai hal tersebut degan keterangan paten "Foldabe Display Neutral Axis Management With Thin, High Modulus Layers".
Paten ini disebut fokus pada berbagai komponen yang digunakan untuk membuat lekukan pada layar, tanpa mengurangi kualitasnya.
Gagasan Google adalah menggunakan bahan-bahan dengan modulus Young yang bervariasi untuk lapisan yang berbeda, tergantung pada posisinya.
Masalah terbesar dengan layar lipat, yakni ketika dilipat dikhawatirkan ada bekas lipatan. Untuk mengatasinya, Google ingin menggunakan bahan-bahan yang mengatasi hal ini dengan elastisitasnya. Secara teoritis, ini berarti ketika layar dibuka, tidak akan ada benjolan atau bekas lipatan di tengahnya.
Sejauh ini belum ada informasi mengenai waktu kehadiran smartphone layar lipat Google. Namun yang pasti, semakin banyak smartphone tersebut di pasar, maka kian besar kemungkinan harga jualnya akan lebih terjangkau.
Saat ini smartphone layar lipat dijual dengan harga di atas Rp 25 juta. Galaxy Fold milik Samsung dibanderol USD 1.980 atau berkisar Rp 28, 2 juta, sedangkan Huawei Mate X 2.299 euro atau sekira Rp 37,2 juta.
Smartphone layar lipat baru memulai debut, tapi CEO BlackBerry, John Chen, pesimis dengan keberhasilan produk tersebut. Ia menilai daya tarik smartphone tersebut rendah karena inovasi yang tidak begitu banyak.
Chen secara pribadi menginginkan sesuatu yang lebih cepat dengan peningkatan fungsi. Sehingga ia menilai, tidak ada terobosan yang begitu besar pada smartphone layar lipat.
Dalam beberapa tahun terakhir, berbagai fitur seperti pemindai sidik jari, pengenalan wajah, dan pemindai iris mata, sudah diperkenalkan jauh sebelum smartphone layar lipat ada. Chen pun menyayangkan smartphone layar lipat yang justru menjadi tebal ketika dilipat.
"Semua orang menginginkan layar yang lebih besar, tapi smartphone-smartphone itu (smartphone layar lipat) menjadi tebal," ujar Chen.
Saat ini sudah ada dua smartphone layar lipat yang diumumkan, Samsung Galaxy Fold dan Huawei Mate X.
Huawei dan Samsung mengambil langkah berbeda untuk desain smartphone layar lipat. Huawei Mate X memiliki satu layar besar, yang untuk dijadikan sebuah ponsel, harus dilipat ke arah belakang.
Sementara Galaxy Fold memiliki dua layar, dengan salah satunya berukuran kecil. Untuk membuatnya seperti tablet, maka perangkat tersebut harus dibuka seperti membuka buku.
Dilansir Phone Arena, Minggu (17/3/2019), Google dilaporkan memiliki paten yang berkaitan dengan layar lipat.
Pada laman World Intellectual Property Organization (WIPO), terdapat keterangan mengenai hal tersebut degan keterangan paten "Foldabe Display Neutral Axis Management With Thin, High Modulus Layers".
Paten ini disebut fokus pada berbagai komponen yang digunakan untuk membuat lekukan pada layar, tanpa mengurangi kualitasnya.
Gagasan Google adalah menggunakan bahan-bahan dengan modulus Young yang bervariasi untuk lapisan yang berbeda, tergantung pada posisinya.
Masalah terbesar dengan layar lipat, yakni ketika dilipat dikhawatirkan ada bekas lipatan. Untuk mengatasinya, Google ingin menggunakan bahan-bahan yang mengatasi hal ini dengan elastisitasnya. Secara teoritis, ini berarti ketika layar dibuka, tidak akan ada benjolan atau bekas lipatan di tengahnya.
Sejauh ini belum ada informasi mengenai waktu kehadiran smartphone layar lipat Google. Namun yang pasti, semakin banyak smartphone tersebut di pasar, maka kian besar kemungkinan harga jualnya akan lebih terjangkau.
Saat ini smartphone layar lipat dijual dengan harga di atas Rp 25 juta. Galaxy Fold milik Samsung dibanderol USD 1.980 atau berkisar Rp 28, 2 juta, sedangkan Huawei Mate X 2.299 euro atau sekira Rp 37,2 juta.
Smartphone layar lipat baru memulai debut, tapi CEO BlackBerry, John Chen, pesimis dengan keberhasilan produk tersebut. Ia menilai daya tarik smartphone tersebut rendah karena inovasi yang tidak begitu banyak.
Chen secara pribadi menginginkan sesuatu yang lebih cepat dengan peningkatan fungsi. Sehingga ia menilai, tidak ada terobosan yang begitu besar pada smartphone layar lipat.
Dalam beberapa tahun terakhir, berbagai fitur seperti pemindai sidik jari, pengenalan wajah, dan pemindai iris mata, sudah diperkenalkan jauh sebelum smartphone layar lipat ada. Chen pun menyayangkan smartphone layar lipat yang justru menjadi tebal ketika dilipat.
"Semua orang menginginkan layar yang lebih besar, tapi smartphone-smartphone itu (smartphone layar lipat) menjadi tebal," ujar Chen.
Saat ini sudah ada dua smartphone layar lipat yang diumumkan, Samsung Galaxy Fold dan Huawei Mate X.
Huawei dan Samsung mengambil langkah berbeda untuk desain smartphone layar lipat. Huawei Mate X memiliki satu layar besar, yang untuk dijadikan sebuah ponsel, harus dilipat ke arah belakang.
Sementara Galaxy Fold memiliki dua layar, dengan salah satunya berukuran kecil. Untuk membuatnya seperti tablet, maka perangkat tersebut harus dibuka seperti membuka buku.
No comments:
Post a Comment