APNEWS - Rupiah berhasil memukul mundur dolar AS pada perdagangan hari ini. Pada pembukaan perdagangan di pasar spot, rupiah menguat 0,11% melawan dolar AS ke level Rp 14.210. Jika bertahan hingga akhir perdagangan, maka rupiah akan membukukan penguatan selama 4 hari berturut-turut.
Rupiah bahkan menjadi satu-satunya mata uang di kawasan Asia yang berhasil mengungguli dolar AS.
Negosiasi Dagang AS-China Buat Investor Pilih Safe Haven
Minat investor untuk memburu instrumen safe haven seperti dolar AS memang sedang tinggi-tingginya. Pasalnya, ada perkembangan yang tak kondusif dari negosiasi dagang AS-China. Bloomberg melaporkan bahwa beberapa pejabat AS takut China akan mengingkari beberapa hal yang sudah disepakati sebelumnya.
Dua orang sumber mengatakan kepada Bloomberg bahwa para negosiator dari Beijing telah mengubah pendirian mereka karena belum menerima jaminan yang meyakinkan dari Washington bahwa berbagai bea impor yang dikenakan terhadap China akan dihapuskan, seperti dilansir dari CNBC International.
Perkembangan tersebut lantas menambah rentetan pemberitaan negatif yang menyelimuti negosiasi dagang antar dua negara dengan nilai perekonomian terbesar di dunia tersebut.
Sebelumnya, South China Morning Post yang mengutip sumber yang mengetahui masalah tersebut melaporkan bahwa pertemuan antara Presiden AS Donald Trump dan Presiden China Xi Jinping akan kembali diundur hingga bulan Juni, Sejatinya, pertemuan ini direncanakan untuk digelar pada bulan Maret, kemudian dikabarkan diundur hingga bulan April, lalu kini kembali dikabarkan diundur hingga pertengahan tahun.
Dengan perkembangan-perkembangan yang ada, kesepakatan dagang AS-China nampaknya masih cukup jauh dari realita. Wajar jika investor bermain defensif dengan menjatuhkan pilihannya kepada dolar AS.
Surplus Neraca Dagang Masih Tokcer Dongkrak Kinerja Rupiah
Kinerja rupiah yang begitu kinclong masih ditopang oleh optimisme bahwa defisit transaksi berjalan/Current Account Deficit (CAD) bisa ditekan pada tahun ini. Pasalnya, jika ditotal neraca dagang Indonesia hanya membukukan defisit senilai US$ 734 juta dalam dua bulan pertama tahun ini, lebih rendah dibandingkan defisit pada dua bulan pertama tahun 2018 yang mencapai US$ 809 juta.
Bahkan, pada Februari 2019 neraca dagang Indonesia sudah bisa membukukan surplus yakni senilai US$ 330 juta. Pada bulan Januari, neraca dagang Indonesia membukukan defisit senilai US$ 1,06 miliar.
Bagi pergerakan rupiah, pos transaksi berjalan tentulah merupakan hal yang sangat penting lantaran menggambarkan pasokan devisa yang tidak mudah berubah (dari aktivitas ekspor-impor barang dan jasa).
Hal ini berbeda dengan pos transaksi modal dan finansial yang bisa cepat berubah karena datang dari aliran modal portfolio atau yang biasa disebut sebagai hot money.
Rupiah bahkan menjadi satu-satunya mata uang di kawasan Asia yang berhasil mengungguli dolar AS.
Negosiasi Dagang AS-China Buat Investor Pilih Safe Haven
Minat investor untuk memburu instrumen safe haven seperti dolar AS memang sedang tinggi-tingginya. Pasalnya, ada perkembangan yang tak kondusif dari negosiasi dagang AS-China. Bloomberg melaporkan bahwa beberapa pejabat AS takut China akan mengingkari beberapa hal yang sudah disepakati sebelumnya.
Dua orang sumber mengatakan kepada Bloomberg bahwa para negosiator dari Beijing telah mengubah pendirian mereka karena belum menerima jaminan yang meyakinkan dari Washington bahwa berbagai bea impor yang dikenakan terhadap China akan dihapuskan, seperti dilansir dari CNBC International.
Perkembangan tersebut lantas menambah rentetan pemberitaan negatif yang menyelimuti negosiasi dagang antar dua negara dengan nilai perekonomian terbesar di dunia tersebut.
Sebelumnya, South China Morning Post yang mengutip sumber yang mengetahui masalah tersebut melaporkan bahwa pertemuan antara Presiden AS Donald Trump dan Presiden China Xi Jinping akan kembali diundur hingga bulan Juni, Sejatinya, pertemuan ini direncanakan untuk digelar pada bulan Maret, kemudian dikabarkan diundur hingga bulan April, lalu kini kembali dikabarkan diundur hingga pertengahan tahun.
Dengan perkembangan-perkembangan yang ada, kesepakatan dagang AS-China nampaknya masih cukup jauh dari realita. Wajar jika investor bermain defensif dengan menjatuhkan pilihannya kepada dolar AS.
Surplus Neraca Dagang Masih Tokcer Dongkrak Kinerja Rupiah
Kinerja rupiah yang begitu kinclong masih ditopang oleh optimisme bahwa defisit transaksi berjalan/Current Account Deficit (CAD) bisa ditekan pada tahun ini. Pasalnya, jika ditotal neraca dagang Indonesia hanya membukukan defisit senilai US$ 734 juta dalam dua bulan pertama tahun ini, lebih rendah dibandingkan defisit pada dua bulan pertama tahun 2018 yang mencapai US$ 809 juta.
Bahkan, pada Februari 2019 neraca dagang Indonesia sudah bisa membukukan surplus yakni senilai US$ 330 juta. Pada bulan Januari, neraca dagang Indonesia membukukan defisit senilai US$ 1,06 miliar.
Bagi pergerakan rupiah, pos transaksi berjalan tentulah merupakan hal yang sangat penting lantaran menggambarkan pasokan devisa yang tidak mudah berubah (dari aktivitas ekspor-impor barang dan jasa).
Hal ini berbeda dengan pos transaksi modal dan finansial yang bisa cepat berubah karena datang dari aliran modal portfolio atau yang biasa disebut sebagai hot money.
No comments:
Post a Comment