APNEWS - Badan Antariksa Amerika Serikat (AS) atau NASA menyebut kiprah India menembak salah satu satelitnya di luar angkasa beberapa waktu lalu, sebagai 'hal buruk'. Sebab aksi itu memicu 400 serpihan puing orbital yang membahayakan Stasiun Luar Angkasa Internasional (ISS).
Seperti dilansir AFP, Selasa (2/4/2019), hal itu disampaikan oleh Direktur NASA, Jim Bridenstine, saat berbicara di hadapan pegawai NASA sekitar lima hari setelah India mengumumkan menembak jatuh sebuah satelit di orbit rendah dengan rudal antisatelit buatannya pada 27 Maret lalu.
Dijelaskan Bridenstine bahwa tidak semua puing satelit berukuran besar sehingga bisa dilacak dengan mudah.
"Apa yang kita lacak sekarang, objek-objek yang cukup besar untuk dilacak -- kita bicara soal objek berukuran 10 sentimeter atau lebih besar -- sekitar 60 serpihan telah dilacak," sebut Bridenstine dalam pernyataannya.
Diketahui, satelit India yang ditembak dengan rudal antisatelit, hancur di ketinggian rendah sekitar 300 kilometer dari permukaan Bumi. Titik itu berada di bawah ISS dan kebanyakan satelit yang mengorbit Bumi.
Namun, sebut Bridenstine, sekitar 24 serpihan di antaranya 'melayang di atas titik terjauh Stasiun Luar Angkasa Internasional'.
"Itu buruk, hal buruk untuk menciptakan peristiwa yang mengirimkan puing-puing ke titik terjauh yang melebihi Stasiun Luar Angkasa Internasional," tegasnya. "Aktivitas semacam itu tidak cocok dengan masa depan penerbangan luar angkasa untuk manusia," imbuh Bridenstine dalam pernyataannya.
"Itu sungguh tidak bisa diterima dan NASA perlu untuk sangat jelas soal apa dampaknya bagi kita," ucapnya lagi.
Militer AS diketahui tengah melacak objek-objek di luar angkasa untuk memprediksi risiko tabrakan dengan ISS dan satelit-satelit yang melayang di orbit. Saat ini militer AS sedang melacak 23 ribu objek yang berukuran lebih besar dari 10 sentimeter di luar angkasa.
Jumlah itu termasuk sekitar 10 ribu serpihan puing luar angkasa lainnya, yang 3 ribu serpihan di antaranya diciptakan oleh peristiwa tunggal saat China menguji coba rudal antisatelitnya tahun 2007 lalu. Saat itu, China menembak sebuah satelit di ketinggian 852 kilometer dari permukaan Bumi.
Ditambahkan Bridenstine bahwa dampak dari aktivitas India meningkatkan risiko tabrakan antara serpihan luar angkasa dengan ISS menjadi 44 persen dalam 10 hari. Namun risiko itu akan berkurang seiring berjalannya waktu karena sebagian besar puing akan terbakar saat memasuki atmosfer Bumi.
Seperti dilansir AFP, Selasa (2/4/2019), hal itu disampaikan oleh Direktur NASA, Jim Bridenstine, saat berbicara di hadapan pegawai NASA sekitar lima hari setelah India mengumumkan menembak jatuh sebuah satelit di orbit rendah dengan rudal antisatelit buatannya pada 27 Maret lalu.
Dijelaskan Bridenstine bahwa tidak semua puing satelit berukuran besar sehingga bisa dilacak dengan mudah.
"Apa yang kita lacak sekarang, objek-objek yang cukup besar untuk dilacak -- kita bicara soal objek berukuran 10 sentimeter atau lebih besar -- sekitar 60 serpihan telah dilacak," sebut Bridenstine dalam pernyataannya.
Diketahui, satelit India yang ditembak dengan rudal antisatelit, hancur di ketinggian rendah sekitar 300 kilometer dari permukaan Bumi. Titik itu berada di bawah ISS dan kebanyakan satelit yang mengorbit Bumi.
Namun, sebut Bridenstine, sekitar 24 serpihan di antaranya 'melayang di atas titik terjauh Stasiun Luar Angkasa Internasional'.
"Itu buruk, hal buruk untuk menciptakan peristiwa yang mengirimkan puing-puing ke titik terjauh yang melebihi Stasiun Luar Angkasa Internasional," tegasnya. "Aktivitas semacam itu tidak cocok dengan masa depan penerbangan luar angkasa untuk manusia," imbuh Bridenstine dalam pernyataannya.
"Itu sungguh tidak bisa diterima dan NASA perlu untuk sangat jelas soal apa dampaknya bagi kita," ucapnya lagi.
Militer AS diketahui tengah melacak objek-objek di luar angkasa untuk memprediksi risiko tabrakan dengan ISS dan satelit-satelit yang melayang di orbit. Saat ini militer AS sedang melacak 23 ribu objek yang berukuran lebih besar dari 10 sentimeter di luar angkasa.
Jumlah itu termasuk sekitar 10 ribu serpihan puing luar angkasa lainnya, yang 3 ribu serpihan di antaranya diciptakan oleh peristiwa tunggal saat China menguji coba rudal antisatelitnya tahun 2007 lalu. Saat itu, China menembak sebuah satelit di ketinggian 852 kilometer dari permukaan Bumi.
Ditambahkan Bridenstine bahwa dampak dari aktivitas India meningkatkan risiko tabrakan antara serpihan luar angkasa dengan ISS menjadi 44 persen dalam 10 hari. Namun risiko itu akan berkurang seiring berjalannya waktu karena sebagian besar puing akan terbakar saat memasuki atmosfer Bumi.
No comments:
Post a Comment